Selasa, 14 Juli 2009

BERPRESTASI DI USIA DINI



Oleh Dodi Prananda

Untuk urusan prestasi, tiap remaja pasti berlomba-lomba pengen unjuk gigi. Tapi bukan berarti saling pada nyengir alias memamerkan gigi lho. Yang pasti, pengen punya kemampuan yang bisa dibanggakan dan dikenal banyak orang. Salah satu prestasi yang paling banyak diminati oleh mayoritas remaja dan remaji saat ini adalah dengan menjadi selebriti.

Dalam sebuah rubrik 'Suara Hati Pelajar' Pikiran Rakyat edisi 08/08/06 yang mengangkat tema 'Jadi Selebriti', terbukti semua koresponden pengen jadi seleb meski dengan catatan. Ada yang mengidolakan Peggy Melati Sukma, Agnes Monica, Tom Cruise, atau Iwan Fals. Yang pasti, kehidupan glamour dan mewah, materi yang berlimpah, serta dipuja banyak orang, cukup memancing remaja untuk terobsesi menjadi selebriti.

Apalagi saat ini, pintu menuju gerbang kehidupan seleb terbuka luas. Maraknya program pencarian bakat yang membidik pasar remaja, menjadi jalan pintas meraih popularitas. Nggak heran kalo peserta remaja yang ikut audisi bejibun banget. Ada yang pengen jadi penyanyi, pelawak, pedangdut, foto model, penari, da'i, atau pencipta lagu. Pokoknya, semuanya pengen berprestasi dan menjadi idola remaja.

Tapi sobat, sebagai seorang Muslim, tentu kita nggak bisa sembarangan mengukir prestasi. Lantaran setiap amal perbuatan kita udah ada aturan main dan statusnya. Mulai dari yang mubah, makruh, sunnah, haram, dan wajib. Itu berarti, udah seharusnya kita belajar memilih prioritas amal sebelum mengukir prestasi. Caranya, dengan menyandarkan setiap perbuatan kita pada aturan Islam. Kalo menurut Islam boleh, ya silakan dijalani, tapi kalo menurut Islam nggak boleh, apa boleh buat, meski menyenangkan tapi kudu dikurangi bahkan dihilangkan sama sekali.

Kita kudu nyadar, dunia selebriti itu identik dengan gaya hidup materialis. Satu sama lain saling berlomba menjaga popularitas biar tetep laku di pasaran. Nggak heran kalo lika-liku kehidupan para seleb yang terekam di media massa dipenuhi sensasi dan kontroversi. Memang betul bahwa nggak semua seleb tuh kacau, tapi paling nggak dunia itu memang memberikan peluang alias kesempatan yang lebih besar untuk nyerempet-nyerempet atau minimal coba-coba kepada jenis kehidupan yang memungkinkan berbuat maksiat. Sekecil apa pun. Lantaran pola hidupnya yang sekuler abiz!

Percaya deh, masih banyak prestasi halal yang bisa kita raih dan bahkan bisa membuat kita lebih berharga di sisi Allah. Kalo kita ngotot banget cinta dunia, inget deh kehidupan kita juga nggak lama kok di dunia ini. Coba pikir, kalo kontrak kita di dunia udah abis en nggak bisa diperpanjang, amal apa yang bakalan kita bawa ke hadapan Sang Khalik, baik atau buruk?

Coba baca en renungi pesan yang ada di lagu 'Bila Waktu Tlah Berakhir', dari Opick yang syairnya kayak gini, "Bagaimana kau merasa bangga akan dunia yang sementara / Bagaimanakah bila semua hilang dan pergi meninggalkan dirimu... / Bagaimanakah bila saatnya waktu terhenti tak kau sadari / Masihkah ada jalan bagimu untuk kembali mengulang ke masa lalu... / Dunia dipenuhi dengan hiasan. Semua dan segala yang ada akan kembali padaNya... / Bila waktu tlah memanggil, teman sejati hanyalah amal / Bila waktu tlah terhenti, teman sejati tinggallah sepi...

***

Teladan untuk Kebaikan

Sobat, kita nggak bermaksud nakut-nakutin kamu agar jangan berprestasi en dikenal banyak orang. Eits, jangan salah. Setiap kita boleh kok berprestasi sesuai dengan potensi yang dimiiki. Hanya saja catatan dari kita, raihlah prestasi lewat jalan yang baik dan diridhai Allah. Nggak tergoda via jalan pintas dengan ikut audisi-audisi yang banyak ditawarkan media massa. En satu lagi, kalo kelak kita berprestasi dan populer, ingatlah satu hal bahwa kita bakal jadi panutan orang lain. Sebab, jadi idola seharusnya nggak dipinta alias bakalan datang sendiri. Banyak orang yang bisa aja menjadikan kita idola. Terutama yang respek dengan kemampuan kita.

Untuk itu, kalo pun kemudian jadi teladan, tentunya harus mengajarkan kebaikan. Jangan sampe sekali-kali ngajarin keburukkan. Ingat lho, dosanya bisa MLM alias bisa berlipat-lipat. Kita nyontohin kesalahan, orang lain ikut dengan apa yang kita perbuat, maka dosa kita akan ditambah dengan dosa dari orang-orang yang ngikutin keburukan kita. Kebayang kan kalo perilaku buruk selebriti seperti nge-drugs, gaul bebas, konsumtif, atau mengumbar aurat, ditiru banyak fansnya? Ih, syerem abiz!

Rasul SAW bersabda, "Siapa saja yang mencontohkan perbuatan yang baik kemudian beramal dengannya, maka ia mendapat balasannya (pahala) dan balasan serupa dari orang yang beramal dengannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan siapa saja yang mencontohkan perbuatan yang buruk kemudian ia berbuat dengannya, maka ia mendapat balasannya dan balasan orang yang mengikutinya tanpa mengurangi balasan mereka sedikitpun." (HR. Ibnu Majah).

Nah, ternyata jadi orang 'besar', risikonya juga besar. Makanya, mending jadi ordinary people alias orang biasa aja daripada kudu berkubang dalam kehidupan sekuler materialis khas selebriti. Toh untuk memberikan tauladan yang baik, nggak harus jadi populer. Dan untuk jadi populer dan berprestasi, nggak harus jadi selebriti di dunia entertainmen. Sebab, seharusnya definisi seleb pun secara umum bukan cuma buat mereka yang berkiprah di dunia hiburan, tapi semua orang yang terkenal di berbagai bidang bisa disebut seleb. Aa Gym adalah seleb. Helvy Tiana Rosa, sebagai novelis juga seleb. Pak SBY juga termasuk seleb, karena mereka terkenal di mana-mana.

So, buat kita, berprestasilah di dunia yang baik-baik. Terus, yang penting, kita berperilaku, berkata, berpikir, dan berdakwah ngikutin apa yang dicontohkan Rasul. That's it! Perkara ada atau tidaknya orang lain yang meniru kita, biarlah itu jadi bonus kita saat itung-itungan pahala di akhirat nanti. Yuk, sebanyak mungkin kita berprestasi dan raih ridha Ilahi! Soalnya, kita nggak abadi di dunia ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar